mengabadikan dengan tulisan

06 Oktober 2022

Gereja Ayam Peninggalan Kolonial Belanda dan Tertua di Kepri


Gereja BPIB Bethel Tanjungpinang atau Gereja Ayam

Gereja ayam terkenal dengan gereja paling tua di Provinsi Kepri yang terletak di Kota Tanjungpinang.

Rumah ibadah tersebut merupakan bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang sekarang masih berdiri kokoh di Kota Gurindam.

Gereja tua ini bernama GPIB Bethel, beralamat di Jalan Gereja, nomor 1, Kota Tanjungpinang yang sudah berdiri sejak tahun 1835 silam.

Masyarakat setempat menamai gereja ini dengan sebutan Gerja Ayam. Karena di atas menaranya terdapat sebuah hiasan besi pipih berbentuk ayam.

Fungsi hiasan besi pipih sebagai penunjuk arah angin pada zaman dulunya yang bisa berputar hingga 180 derajat mengikuti hembusan angin.

Kehadiran bangsa-bangsa Eropa di Indonesia sejak awal abad 16 sudah mempengaruhi berbagai kebudayaan, salah satunya dalam hal bangunan.

Bangunan gereja ini menghadap arah barat dan berwarna coklat, di sana terdapat pintu yang menjorok ke depan kemudian membentuk seperti kanopi.

Gereja ayam ini memiliki luas 19 x 9 dengan volume 171 m2,  pada bagian depan atapnya bertrap seperti tangga yang memiliki enam undakan. 

Lahannya berbatasan dengan Jalan Teratai sebelah utara, bangunan sekolah sebelah selatan, Jalan geraja  sebelah timur dan Jalan Ketapan sebelah barat.

Kemudian bangunan Sekolah Dasar yang berada di sebelah selatan gereja ini juga sudah tua, sudah ada sejak tahun 1962.

Dari Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang, menuju gereja ini sangat dekat, berjalan kali sekitar 15 menit ke arah Jalan Tangku Umar.

Sekarang keaslian bagian luar bangunan ini masih terjaga, namun bagian dalam sudah mengalami perubahan seperti keramik pada lantai, pilar dan tangga.

Perubahan tersebut melunturkan kesan tua pada gereja itu. Unsur kekunoannya juga mulai tergerus, kecuali deret kursi kuno yang ada di balkon.

Sisi kanan Gereja Ayam

Berstatus Cagar Budaya

Ketika peresmiannya, gereja ini bersanama De Nederlandse Hervormde Kerkte Tandjoengpinang dan berstatus sebagai cagar budaya.

Konon dalam pembangunan gereja ini dibantu dalam bentuk material oleh Yang Dipertuan Muda Riau VII, Raja Abdurrahman.

Bantuan serupa juga berasal dari Kapitan Cina pada masa tersebut. Hal itu mencerminkan  kerukunan beragama di Tanjungpinang kala itu.

Ketika pembangunanya gereja tersebut hanya untuk peribadatan orang Belanda dan kerabatnya termasuk serdadu militer Hindia-Belanda yang beragama Kristen Protestan.

Menjadi Bahan Penelitian

Tempat sakral yang satu ini juga sering menjadi bahan penelitian oleh para Sejarahwan yang ada di Kepri serta Arkeoligi. 

Alasanya pasti karena gereja ini menyimpan berbagai sejarah pada zaman dahulunya. 

Meski demikian, fungsi utamanya sebagai tempat beribadah umat kristen sejak awal berdiri hingga sekarang tetap sama. rekamwisata.com








Share:

0 comments:

Posting Komentar