mengabadikan dengan tulisan

17 Maret 2023

Pulau Penyengat Masuk 500 Besar Desa Wisata ADWI 2023


Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) masuk 500 besar Desa Wisata, Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Pengumuman tersebut disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, melalui video yang diunggah di akun Instagram Kemenparekraf RI.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri mengucap rasa syukur karena pulau Penyengat berhasil masuk 500 desa wisata di ajang anugerah desa wisata Indonesia 2023.

"Alhamdulillah, setelah melewati proses kurasi dan penilaian dari dewan juri, Penyengat berhasil lolos 500 desa wisata dari 4.573 desa wisata yang mendaftar di ADWI 2023," ucap Nazri, Sabtu (18/3/2023).

Untuk meraih penilaian ke tahap selanjutnya, kata Nazri, pihaknya telah menggandeng dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik pokdarwis, pengelola destinasi wisata, pengiat pariwisata, masyarakat, organisasi seperti PHRI dan Asita, hingga Perguruan Tinggi dan akademisi pariwisata. 



Dengan capaian ini tentunya menjadi semangat bagi kita semua untuk terus kreatif, berinovasi, dan berbenah membangun pariwisata berkelanjutan di kota Tanjungpinang.

"Untuk mencapai penilaian terbaik, kami membutuhkan dukungan dan kerja sama seluruh pihak. Mohon doa masyarakat agar Penyengat terus melaju ke tahap 50 besar dan menjadi desa wisata terbaik di Indonesia," harap Nazri. 

Share:

15 Maret 2023

Asal Usul Akau, Kuliner Malam Legendaris di Tanjungpinang Sejak 1959

Asal usul akau potong lembu wajib anda ketahui jika kalian adalah seorang pencinta kuliner, khususnya di Tanjungpinang.

Akau Potong Lembu ini ternyata sudah mewarnai kuliner ibu kota Provinsi Kepulauan Riau sejak 1959. Bahkan, Akau Potong Lembu masih menjadi kuliner favorit saat ini.



50 meter sebelum tiba di kawasan Akau, pengunjung akan mencium wangi masakan yang sedap. Wangi sedap itu ternyata berasal dari puluhan pedagang, yang sedang mengolah bahan makanan.


Rata-rata pedagang Akau Potong Lembu menjual makanan yang sudah legendaris. Seperti Gong-gong, mie miskin, cendol hingga kwetiau.


Salah seorang pedagang Akau Potong Lembu, Abdul Gafar alias Apo (47) mengakui, dia telah berdagang di Akau Potong Lembu sejak 6 tahun belakangan ini. 


Namun, Apo sudah ikut membantu orang tuanya berdagang sate di Akau, sejak dia masih berseragam SMP. Jadi, dia mengetahui secara persis, bagaimana sejarah Akau.


"Akau", sesungguhnya bukan lah nama pahlawan, Jalan, atau sebuah tempat yang ada di wilayah setempat. Akau ialah nama pedagang.


Istilah Akau, rupanya diambil dari nama pedagang sate. Pedagang sate itu pernah berjualan di Jalan Merdeka, tepatnya di depan Kantor Polsek Tanjungpinang Kota, pada tahun 1959.


"Namanya Ajang, tapi dipanggil Akau. Dia jualan setiap sore di Jalan Merdeka, dan tepat disamping dagangan bapak saya," ujar Apo, Jum'at (25/2/2023) malam.


Nama Akau, ternyata menjadi termasyhur di telinga warga Tanjungpinang saat itu. Setiap sore menjelang magrib, warga akan berbondong-bodong menuju tempat Akau untuk "ngopi".


Di tahun itu, tempat Aku berjualan hanya ada 4 gerobak saja. Lambat laun mulai bertambah, rata-rata yang berdagang ialah warga Tionghoa.


Lantaran banyak pedagang yang bertebaran di Jalan Merdeka, mereka semua dipindahkan oleh Pemerintah ke Jalan Pos, pada tahun 1965.


Namun, nama Akau ternyata tetap digunakan di kawasan berdagang di Jalan Pos Tanjungpinang. Saat itu, Pemerintah memberi nama kawasan kuliner tersebut, sebagai Akau Lama.


"Saat itu ada yang berdagang sate Akau, sate bapak saya, sotong, gonggong bahkan cendol. Makanan itu masih ada saat ini saat ini," ungkap Apo diselah-selah kesibukannya.


Di tahun 90an, lagi-lagi Pemerintah memindahkan pedagang Akau Lama ditempat yang baru. Saat itu, tempat Akau Lama, yang saat ini sudah menjadi Bintan Mal itu akan dilestarikan.


Pedagang Akau Lama dipindahkan di wilayah Jalan Potong Lembu. Walaupun sudah kerap berpindah, istilah "Akau" tetap digunakan sampai saat ini.


Kini, kawasan kuliner tertua di Kota Tanjungpinang tersebut dikenal dengan Akau Potong lembu.


Walaupun tempat kuliner moderen terus berkembang, Akau Potong lembu tetap populer, dan masih ramai pengunjung hingga sekarang.


Tidak banyak berubah di Akau Potong Lembu saat ini. Tempat makan terbuka, dan menu makanan legendaris tetap bisa disajikan.


Dalam satu malam berjualan di Akau Potong Lembu, Apo mengaku bisa meraup keuntungan sebesar Rp. 250 ribu. Uang itu, ia gunakan untuk menghidupi istri dan 4 orang anaknya.


"Cukup untuk menghidupi keluarga. Terimakasih juga kepada orang tua, yang sudah mengasah mental kita saat berjualan," kata Apo.


Malam itu, Apo teringat tentang omset yang anjlok saat pendemi covid-19 menerpa Kota Tanjungpinang. Pedagang yang dikenal dengan kwetiau enak tersebut tidak menyerah.


Dia tetap melanjutkan usahanya, hingga tidak sadar telah menyebrangi pendemi covid-19. "Alhamdulilah, saat ini omset sudah membaik lagi.

Share:

Kedai Kopi Legendaris Damai Baru Masih Eksis di Kota Gurindam

Kedai kopi legendaris, tampaknya layak disematkan untuk kedai kopi Damai Baru. Kedai kopi tersebut, merupakan salah satu kedai kopi tertua, di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.



Kedai kopi ini berlokasi di kawasan Kota Lama. Tepatnya di persimpangan antara Jalan Merdeka dan Jalan Tengku Umar Tanjungpinang. 


Tampak dari depan, kedai kopi Damai Baru terlihat biasa saja. Layaknya keda kopi pada umumnya. Namun siapa sangka, kedai kopi itu ternyata telah beroperasi sejak tahun 1958. 


Kedai kopi yang memiliki luas kurang lebih 5 kali 6 meter tersebut masih terlihat antik. Berdinding keramik motif kotak kotak warna putih di area dalamnya.


Kedai kopi legendaris ini diketahui milik salah seorang warga Tionghoa Tanjungpinang yakni Acong (72). 


Pada area kedai kopi itu, Acong hanya menyediakan tujuah meja. Namun, semua meja yang ada di kedai kopi tersebut, selalu terisi penuh oleh pelanggannya.


Secara kasat mata, memang kedai kopi itu tidak terlalu istimewa. Namun jika sudah mencicipi secangkir kopi yang dihidangkan, pelanggan akan tergiur dengan cita rasa kopi yang diracik Acong. 


Apalagi, pelanggan kedai kopi Damai Baru, rata-rata telah berusia senja. Tidak hanya sambil 'ngopi', pelanggannya juga ditemani oleh hembusan angin dari kipas angin gantung antik. 


“Sudah 65 tahun, sudah masuk ke generasi ke tiga. Kedai kopi ini dibangun sejak jaman kakek, Tahun 1958,” ungkap Acong, Jumat (16/2/2023).


Dalam suasana hangat, pria paruh baya itu tampak sibuk melayani para pelanggan yang terus berdatangan. 


Kemudian Acong meracik kopi pesanan pelanggan dengan cara mencurahkan bubuk kopi ke dalam teko aluminium. Teko yang terdapat saringan dan air tersebut, diletakkan di atas kompor lalu direbus.


Sambil menunggu kopi matang, Acong selalu duduk di lorong samping kedai kopinya. Sambil melihat pelanggannya yang sibuk berbual-bual. 


Setelah mencium aroma kopi yang sudah matang, Acong lalu beranjak dari kursinya dan kembali ke dapur.


Selanjutnya, Acong menghidangkan kopi pesanan pelanggan. Dia hidangkan kopi tersebut, mengunakan cangkir berbahan kramik, berwarna putih dan terdapat sedikit corak bunga disampingnya. 


Dari segi fungsinya, cangkir berbahan keramik tersebut, dapat mempertahankan suhu panas kopi yang diracik Acong.


Pria yang sudah tampak beruban itu terlihat malu-malu, saat ditanya racikan kopi yang ia racik. 


"Kalau rasa tergantung kopinya. Kita sekarang, bubuk kopinya beli. Kalau dulu memang, biji kopinya kita masak sendiri,” kata Acong sambil menghidangkan kopi racikannya. 


Acong menyampaikan, nama Damai Baru bukanlah nama awal dari kedai kopi tersebut. 


Nama pertama kedai kopi Acong adalah kedai kopi 'Damai'. Acong juga mengaku ruko dua pintu kedai kopinya, pernah direnovasi pada tahun 1983.


Ditengah gempuran kedai kopi modern, kedai kopi jadul milik Acong masih tetap bertahan dan ramai pelanggan. Rata-rata pelanggannya ngopi di kedai kopi Damai Baru sejak tahun 90-an.


Salah seorang pelanggan yakni Edi (60) mengaku telah menikmati kopi Damai Baru, sejak ia berusia 20 tahun. Ia tidak tertarik dengan kedai kopi modern saat ini.


“Sudah dicoba, memang tidak cocok (di lidah Edi). Mungkin, generasi muda bisa, tapi kita tetap mencintai kopi disini,” kata Edi sambil tertawa kecil.


Menurut Edi, rasa kopi di kedai kopi Damai Baru tersebut tidak berubah. Padahal, dia sempat meninggalkan Tanjungpinang selama belasan tahun. Saat kembali, rasa kopi ditempat tersebut memang tidak berubah.


“Kalau sudah kena dilidah, pasti ketagihan. Saya sudah lama ngopi disini, dari bapaknya (orang tua Acong) yang jaga,” tukasnya.

Share:

Dukung Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO



Dukung Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang mendukung upaya pemerintah untuk melestarikan kebaya sebagai warisan Indonesia.

Salah satu wujud dukungan terhadap kebaya yang didaftarkan ke The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan takbenda dunia asal Indonesia, pegawai perempuan disbudpar Tanjungpinang ikut menyemarakan dengan mengenakan kebaya pada Jumat (24/2) kemarin. 

"Kita mulai dari pegawai disbudpar. Kemarin, sudah banyak pegawai perempuan yang memakai baju kebaya labuh," kata Kepala Dinas Disbudpar Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri.

Ditambahkan, Jabatan Fungsional Pamong Budaya Ahli Madya, Syafaruddin bahwa baju kebaya labuh bukan sesuatu hal yang asing bagi masyarakat Kepri. Karena memang merupakan salah satu pakaian adat Melayu, di samping baju kurung, baju pesak enam, belah Bintan, dan sebagainya. 

Menurutnya, selama ini masyarakat Kepri, khususnya kaum perempuan sudah banyak yang memakai kebaya, baik itu ke acara pesta, wisuda, atau acara resmi lainnya. Jadi, bagi orang Melayu Kepri itu tidak asing lagi. 




"Bersamaan kebaya diusulkan ke UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia, maka pegawai perempuan disbudpar melakukan aksi dengan memakai baju kebaya labuh," ucapnya.

Syafaruddin menyampaikan, disbudpar juga akan mulai menyosialisasikan penggunaan kebaya labuh, di samping baju kurung, kepada seluruh pegawai perempuan pemko Tanjungpinang.

Nantinya, pemakaian kebaya itu akan diatur melalui peraturan wali kota (perwako). Apakah nanti setiap Jumat itu mengenakan baju kurung pada minggu pertama dan ketiga atau kebaya labuh pada pekan kedua dan keempat. 

"Kta usulkan ke wali kota untuk perwako nya. Namun, sebelum aturan itu wujud, perlu dilakukan soslialisasi terlebih dahulu, dimulai dari pegawai disbudpar. Nanti, kita surati juga OPD-OPD," ujarnya. 

Kemudian, kita juga akan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, agar guru-guru perempuan juga berkebaya labuh ataupun baju kurung secara bergantian setiap bulannya, "Jadi, nanti akan semarak dengan baju kebaya labuh," tambah Syafaruddin. 

Sekarang ini, kata dia, baju kebaya banyak yang sudah dimodifikasi. Namun, perlu diketahui bahwa kebaya labuh itu berbeda dengan baju kurung.

Kalau baju kurung itu benar-benar mengurung tubuh kita, sedangkan kebaya labuh turunan dari kebaya pendek, tetapi lebih panjang sampai ke lutut. 

Umumnya, baju kebaya labuh tidak memakai pesak. Dan ini, sudah kita tanyakan ke Lingga, Bintan, dan orang-orang yang sudah memahami betul tentang baju kebaya dari keturunan-keturunan Sultan pada masa lalu, bahwa mereka tidak pernah melihat baju kebaya itu memakai pesak. 

"Kalau memakai pesak itu baju kurung pada umumnya, termasuk baju potong jubah. Jadi, kebaya itu bajunya tidak berpesak untuk Kepri. Di luar Kepri tidak masalah jika memakai pesak, tapi mereka tetap menamainya baju kebaya labuh," pungkasnya. 

Diketahui, Indonesia bersama empat negara Asean lainnya yakni Singapore, Malaysia Brunei Darussalam, dan Thailand, sepakat untuk mengusulkan kebaya ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH)-UNESCO. 

Kelima negara tersebut, membentuk hubungan budaya bersama atau shared culture, di mana baju kebaya memang sudah menjadi busana tradisional yang sudah dikenakan kaum perempuan di lima negara Asia Tenggara tersebut.

Share:

Kerajinan Tangan Kerang Hingga Tanjak Bisa Diperoleh di Objek Wisata Penyengat



Kerajinan Tangan Kerang Hingga Tanjak Bisa Diperoleh di Objek Wisata Penyengat

Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang merupakan salah satu destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin berwisata religi dan melihat peninggalan sejarah Kerajaan Melayu Johor-Pahang-Riau-Lingga. 

Tak hanya itu, berbagai macam makanan khas Penyengat, aksesoris mulai dari kalung, gelang, cincin, tanjak, peci, hingga kerajinan tangan miniatur perahu tradisional dari kerang bisa ditemukan di lokasi objek wisata Penyengat.

Setelah dua tahun terhenti akibat pandemi covid-19, kini pengrajin aksesoris mulai bangkit kembali, salah satunya Ibrahim Ahmad (67) atau yang akrab disapa Atan, seorang pengrajin Melayu dan penjual aksesoris di lokasi Komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah dan Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.

Ia mengatakan, sudah 19 tahun menjajakan hasil kerajinannya di depan komplek makam Engku Putri Raja Hamidah. 

"Sudah 19 tahun berjualan di sini. Tapi, sempat tutup akibat pandemi. Sekarang sudah normal dan bisa jualan lagi," ungkap Atan, ketika dikunjungi tim explore Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Rabu (1/3/2023).



Dirinya mengaku menanti kunjungan wisatawan ke pulau Penyengat, membeli hasil kerajinannya untuk dibawa pulang sebagai cinderamata atau oleh-oleh. 

"Alhamdulillah setiap hari ada yang beli. Kalau yang datang rombongan, paling laris itu aksesoris seperti gelang-gelang dan souvenir lainnya. Sementara, wisatawan Malaysia, rata-rata mencari peci atau songkok khas Penyengat," ucapnya. 

"InsyaAllah, saya juga akan kembali menjual hijab, kain-kain, dan kaos khas Penyengat bertulis pantun-pantun," kata Atan menambahkan. 

Kerajinan tangan miniatur perahu dari kerang yang dibuatnya, menurut Atan, bentuk dari hasil karyanya belum ada yang menyerupai," Setelah menyusuri, ternyata hasil karya perahu milik saya belum ada yang sama. Pengrajin kerang juga, saya sendiri orang Melayu nya," tuturnya.




Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri menyampaikan disbudpar terus mendukung serta memfasilitasi para pelaku ekonomi kreatif kota Tanjungpinang melalui berbagai program dan kegiatan, baik itu pelatihan maupun pameran. 

Menurutnya, sektor ekonomi kreatif merupakan sumber yang mampu memperkuat identitas budaya untuk menciptakan produk kreatif dan inovatif sesuai potensi dan kearifan lokal di kota Tanjungpinang. 

Apalagi, kota Tanjungpinang memiliki banyak potensi pariwisata dan ekonomi kreatif, yang dapat saling melengkapi satu sama lain. Hal ini, tentu menjadi kekuatan pariwisata yang dapat terus dikembangkan di ibukota Provinsi Kepulauan Riau. 

"Potensi destinasi wisata dan hadirnya pelaku ekonomi kreatif dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan lapangan kerja terbuka luas untuk masyarakat," ujarnya.

Share:

Rumah Sotoh Masjid Penyengat Pamerkan Kutubkhanah Marhum Ahmadi




Rumah Sotoh Masjid Raya Sultan Riau Penyengat Pamerkan Kutubkhanah Marhum Ahmadi

Disbudpar, Kota Tanjungpinang - Jika kalian berkunjung ke Pulau Penyengat Kota Tanjungpinang, jangan lupa mampir ke rumah sotoh Masjid Raya Sultan Riau.

Di rumah sotoh itu, kalian bisa melihat beragam koleksi Kutubkhanah Marhum Ahmadi yang dipamerkan dalam Pameran Kitab dan Mushaf Al Qur'an. 

Kalian akan takjub melihat sejumlah kitab wakaf Yang Dipertuan Riau Raja Muhammad Yusuf Al-Ahamdi yang masih terawat dengan baik. 

Seperti kitab tafsir dan hadits, mushaf Al Qur'an, kitab dan sejarah Tarekat Naqsybandiah, kamus, ensliklopedia, sejarah Islam, perbandingan agama, dan sastra Arab, kitab-kitab ilmu tabib.

Kitab-kitab itulah menjadi bukti sejarah pulau Penyengat di masa lampau. Tentunya, memiliki segudang cerita untuk dipelajari para wisatawan. 

Di setiap koleksi sudah tertulis jelas sejarah yang dimilikinya, namun pastinya lebih senang jika dijelaskan langsung oleh pemandu wisata.

Nah, jika kalian ingin mengetahui dengan jelas informasi mengenai koleksi yang dipamerankan, pengunjung bisa meminta bantuan pemandu wisata lokal yang bertugas di Tourism Information Center (TIC) Penyengat yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang.

Kepala Disbudpar, Muhammad Nazri melalui Kabid Destinasi dan Pemasaran Pariwisata, Salmam menuturkan TIC ini disiapkan untuk memberikan pelayanan kepariwisataan kepada para wisatawan yang berkunjung ke pulau Penyengat. 

"Di TIC ini, kita siapkan satu orang petugas pemandu wisata lokal yang akan memandu wisatawan selama perjalanan berwisata di pulau Penyengat," kata Salman, Minggu (12/3/2023).

Terpisah, Sejarahwan Kepulauan Riau (Kepri), Aswandi Syahri menerangkan di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat ini tersimpan perpustaaan yang di buka Raja Muhammad Yusuf Al-Ahamdi sekitar tahun 1892.

"Sampai sekarang kitab-kitab peninggalan perpustakaan itu dapat kita lihat. Dan kini sedang dipamerkan di rumah Sotoh Masjid Raya Sultan Riau Penyengat," ucap Aswandi.

Pulau Penyengat juga, kata dia, pernah menjadi pusat literasi sastra Melayu yang terkenal pada abad 19 hingga awal abad 20.

Karena menjadi pusat literasi itulah, Belanda melihat pulau Penyengat sangat potensial pada bidang bahasa. 

"Kemudian menjadikan bahasa Melayu Riau sebagai sumber bahasa yang akan digunakan di sekolah-sekolah yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia," terang Aswandi. 

Sebagai informasi, pameran Kitab dan Mushaf Al Qur'an ini akan berlangsung hingga 4 April 2023 dan direncanakan akan diperpanjang sampai hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah. 

Share:

Belajar Sambil Berwisata, 40 Siswa SD Kunjungi Tempat Wisata Cagar Budaya



Belajar Sambil Berwisata, 40 Siswa SD Kunjungi Tempat Wisata Cagar Budaya 

Wisata sejarah untuk kalangan sekolah makin banyak di minati, salah satunya adalah yang dilaksanakan SDN 014 Tanjungpinang Barat.

Bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, sebanyak 40 orang siswa-siswi SDN 014 mengikuti wisata sejarah ke sejumlah objek cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang pada Senin (13/3) kemarin. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kabid Sejarah dan Cagar Budaya, Wimmy Dharma Hidayat mengapresiasi SDN 014 Tanjungpinang Barat, yang telah memuat pembelajaran terkait pengenalan sejarah dan budaya lokal kepada siswa-siswinya.

Menurutnya, peninggalan budaya sangat penting untuk dilestarikan dalam membangun identitas dan keberagaman sejarah dan budaya yang dimiliki kota Tanjungpinang. 

"Keberadaan cagar-cagar budaya ini merupakan suatu situs bersejarah yang memiliki nilai ilmu pengetahuan penting dan perlu diketahui oleh siswa-siswi." ujar Nazri, Selasa (14/3/2023).




Salah satu Guru SDN 014 Tanjungpinang Barat, Fitri Adeni menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan sekolah kami untuk mengenalkan budaya lokal kepada siswa-siswi, terutama jejak sejarah yang masih ada di kota Tanjungpinang.

"Dengan melihat langsung cagar budaya yang ada, anak-anak diharapkan semakin sadar dan ikut dalam usaha pelestarian cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang," ucapnya. 

Ketika studi tour, anak-anak diajak ke empat situs cagar budaya yakni Komplek Makam Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Makam Daeng Marewah, Makam Daeng Celak, dan Istana Kota Lama (Kota Rebah).

Humaira Ramadhan (11), Siswa Kelas V SDN 014 Tanjungpinang Barat, mengaku senang dapat mengikuti wisata sejarah di sekolahnya. "Ya, senang sekali. Karena belum pernah tau ada tempat sejarah di Tanjungpinang. 

Dengan wisata ini, menambah wawasan saya terkait sejarah dan budaya yang ada di kota saya," ucap Humaira, tersipu malu.

Sebagai generasi penerus, kata Humaira, kita harus menjaga dan melestarikan peninggalan cagar dan budaya yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Teman-teman yang lain juga harus tau apa saja peninggalan sejarah yang ada di Tanjungpinang. Ayo, kunjungi cagar budaya. Kita bisa belajar sambil berwisata," ungkapnya.

Share:

22 Februari 2023

Akulturasi Kebudayaan Semarakkan Perayaan Malam Cap Go Meh di Kota Tanjungpinang



Akulturasi kebudayaan semarakkan perayaan malam cap go neh di Kota Tanjungpinang 

Pertunjukkan perpaduan dan kolaborasi antara tiga kebudayaan Tionghoa, Melayu, dan Jawa menyemarakkan perayaan malam Cap Go Meh 2023 di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Minggu (5/2/2023) malam.

Masyarakat tampak antusias menyaksikan atraksi barongsai dan reog suro menggolo yang digelar di Jalan Merdeka, Kota Lama Tanjungpinang.

Tak ketinggalan, penampilan musik Melayu dari staman akustik dan nyanyian lagu-lagu Mandarin menghibur masyarakat. Bahkan, sebagian dari mereka ikut menari di depan panggung.

Wali Kota Tanjungpinang, Rahma yang membuka acara tersebut menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dinas kebudayaan dan pariwisata serta DPRD kota Tanjungpinang, yang telah menyelenggarakan perayaan Cap Go Meh.

Menurutnya, perayaan cap go meh ini adalah suatu bentuk kolaborasi dari kebudayaan yang ada di kota Tanjungpinang, mulai dari musik Tionghoa dan barongsai, ada musik Melayu nya, ditambah lagi adanya pertunjukkan reog. Tentu ini merupakan kolaborasi yang harus dipertahankan.

"Mari sama-sama kita menjaga kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan untuk masyarakat kota Tanjungpinang," ajak Rahma.

Ia juga berharap, pertemuan pada perayaan malam cap go meh ini membawa keberkahan dan meningkatkan silaturahim kita, tanpa membeda-bedakan etnis," Karena, kita semua sama, sama-sama masyarakat Tanjungpinang," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri mengatakan kegiatan partisipasi event temporer ini merupakan bentuk pelestarian kesenian tradisional, di mana pelakunya adalah masyarakat di dalam daerah itu sendiri.

Karena itu, aktualisasi ini penting artinya untuk tetap menjaga agar keberadaan budaya dan tradisi di tengah masyarakat terus lestari.

Begitu pula, perayaan malam cap go meh tahun ini. Sebuah tradisi yang tercatat dan sudah berlangsung sejak abad 2 Masehi di era Dinasti Han, kekaisaran di Tiongkok-China, yang hingga kini tradisi itu terbawa ke seluruh daerah Indonesia, termasuk di kota Tanjungpinang.

Tentu ini menjadi sebuah kebangaan bagi kami, dinas kebudayaan dan pariwisata dapat menyelenggarakan perayaan malam cap go meh dengan konsep street art, selain budaya Tionghoa, juga seni budaya Melayu dan Jawa.

"Ke depan, kegiatan ini tidak hanya merupakan pelestarian kebudayaan saja, namun juga menjadi bagian dari ivent kepariwisataan.," pungkasnya.

Sementara, Anggota DPRD Kota Tanjungpinang, Fengky Fesinto menuturkan dirinya menginisiasi perayaan malam Cap Go Meh di Tanjungpinang tahun ini, karena melihat kota-kota besar lainnya merayakan hari ke-15 imlek ini sangat luar biasa.

Karena itu, perayaan cap go meh yang diadakan pada bulan purnama pertama ini juga dapat dirayakan di kota Tanjungpinang, tidak kalah dengan perayaan di kota lainnya seperti Singkawang atau Semarang.

"Terbukti, kegiatan ini dikemas secara apik dan menarik oleh disbudpar. Perayaan cap go meh malam ini terselenggara dengan konsep street art, dipadukan seni budaya Melayu dan Jawa yang sungguh luar biasa," ucap Fengky.



Jadi Iven Nasional dan Internasional

Perayaan cap go meh ini, menurutnya bisa dijadikan sebagai ivent nasional maupun internasinal. Tentu, tujuannya agar orang-orang dari berbagai daerah dan negara datang ke Tanjungpinang. Sehingga akan membawa dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan kota Tanjungpinang.

"Harapannya, tahun depan semua pihak ikut mendukung perayaan cap go meh semakin meriah dan ramai lagi," ucapnya.

Perayaan malam Cap Go Meh ini juga diramaikan dengan petasan, yang dipercayai dapat mengusir energi negatif. Ada pula, makan nasi kunyit bersama, salah satu tradisi di malam cap go meh, yang merupakan akulturasi budaya.

Turut hadir, para unsur Forkopimda, perwakilan dinas kebudayaan provinsi Kepri, BPK wilayah IV Kepri, kantor Bahasa Kepri, jajaran kepala OPD pemko, serta tokoh masyarakat Tionghoa. 

Share:

Siswa SD Dikenalkan Cagar Budaya Kota Tanjungpinang



Siswa sekolah dasar (SD) dari SDN 012 Tanjungpinang timur yang diikuti 54 murid mengikuti wisata sejarah ke sejumlah objek cagar budaya yang ada di Kota Tanjungpinang, Rabu (22/2/2023).

Dibimbing langsung jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, anak-anak terlihat antusias dan gembira ikuti studi tour mengenai penguatan sejarah dan budaya lokal Kota Tanjungpinang. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kabid Sejarah dan Cagar Budaya, Wimmy Dharma Hidayat mengapresiasi SDN 012 Tanjungpinang Timur, yang telah memuat pembelajaran terkait pengenalan sejarah dan budaya lokal kepada siswa-siswinya. 

Menurutnya, jelajah situs cagar budaya ini, para siswa tidak hanya mendapat pengalaman, tetapi juga memahami dengan baik sejarah daerahnya.



"Termasuk peninggalan budayanya yang kemudian penting untuk dilestarikan dalam membangun identitas dan keberagaman sejarah dan budaya yang dimiliki kota Tanjungpinang," ucapnya. 

Emawati, salah satu Guru SDN 012 Tanjungpinang Timur, menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran literasi dalam pengenalan sejarah dan budaya lokal yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Ini salah satu kegiatan sekolah kami untuk mengenalkan budaya lokal kepada siswa-siswi, terutama jejak sejarah yang masih ada di kota Tanjungpinang," ucapnya. 

Keberadaan cagar-cagar budaya ini merupakan suatu situs bersejarah yang memiliki nilai ilmu pengetahuan penting dan perlu diketahui oleh siswa-siswi. 

Dengan melihat langsung cagar budaya yang ada, anak-anak diharapkan semakin sadar dan ikut dalam usaha pelestarian cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang.

"Nantinya, anak-anak bisa menceritakan kembali kesan yang diperoleh selama tour ini, baik kepada teman-teman, melalui media sosialnya, atau juga dari foto-foto yang diunggah," ujarnya. 



Ketika studi tour, anak-anak diajak ke empat situs cagar budaya yakni Komplek Makam Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Makam Daeng Marewah, Makam Daeng Celak, dan Istana Kota Lama (Kota Rebah).

Di setiap kunjungan, pamong budaya disbudpar memberikan penjelasan tentang riwayat para tokoh terdahulu. Para siswa tampak serius mendengarkan sembari mencatat. 

Bahkan, anak-anak pun terlihat mengabadikan setiap momen seru sepanjang perjalanan studi tour dengan ponselnya. 

Zikri (11), Siswa Kelas V SDN 012 Tanjungpinang Timur, mengaku senang dapat mengikuti wisata sejarah di sekolahnya. Ia mengatakan, belum pernah mengunjungi tempat-tempat situs cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Ya, senang sekali. Karena belum pernah tau ada tempat sejarah di Tanjungpinang. Dengan wisata ini, menambah wawasan saya terkait sejarah dan budaya yang ada di kota saya," ucap Zikri, tersipu malu. 

Sementara itu, salah satu siswa SDN 012 Tanjungpinang Timur, Setiawan Adi Saputra mengajak teman-teman seusianya untuk mengunjungi situ-situs cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Ayo, kunjungi cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang. Jaga dan lestarikan juga cagar budaya kita. Sambil berwisata, kita juga dapat wawasan lebih luas," ujarnya. 

Share:

Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat di Kota Lama Tanjungpinang



Destinasi wisata berbasis masyarakat di Kota Lama Tanjungpinang, Kepulauan Riau sekarang bisa menjadi pilihan bagi anda berkunjung ke negeri segantang lada

Tanjungpinang merupakan salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau yang sudah terkenal dengan wisata sejarah dan budayanya. 

Jika anda berkunjung ke Kota Tanjungpinang, anda bisa menemukan ragam destinasi yang bisa dikunjungi, salah satunya adalah Lorong Bintan, di Jalan Bintan Kota Lama.

Lorong tersebut punya sejarah masa lalu yang sudah dikenal sejak berdirinya Kerajaan Riau-Lingga. 

Lorong Bintan ini dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Tanjungpinang. Destinasi ini dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bertuah dan Cermin Indah yang tergabung dalam Studio dan Cafe Anggrek. 

Melly Hadi, salah satu pengelola mengatakan pihaknya menawarkan paket wisata edukasi, kuliner khas Cina, hingga 26 spot foto di lorong Bintan. 

Untuk wisata edukasi, kami memberikan pengetahuan bagaimana mencintai lingkungan dan cara menanam anggrek dengan menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari limbah seperti kayu, pohon, dan lainnya. 

Salah satunya juga membuat media tanaman itu, pot nya dari bahan-bahan limbah yang kita anyam dan dibentuk lebih menarik agar menjadi barang yang memiliki nilai jual cukup lumayan.

Di Lorong bintan sendiri, lanjut Melly, kami telah bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk membuat semacam relif. Ada 26 lukisan mural yang kini dapat ditemukan pengunjung di dinding-dinding rumah masyarakat di lorong Bintan. 

Ketika menyambangi lorong Bintan, pengunjung dapat melihat mural keren yang terpampang di tembok rumah warga. Mural ini menggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat Tionghoa tempo dulu sampai sekarang. 

Pengunjung bisa berpose seolah-olah berada pada masa lalu dengan memakai baju tradisional Tionghoa seperti cheongsam dan hanfu, yang kita sewakan. 

"Cukup membayar Rp25 ribu, kita bisa berfoto dan bergaya dengan nuansa kehidupan masyarakat china tempo dulu," ungkap Melly, ketika tim explorer menyambangi cafe anggrek, di Jalan Merdeka, Jumat (17/2/2023).

Cafe Studio Anggrek

Selain itu, ada cafe studio anggrek. Di cafe ini kami menawarkan berbagai kuliner khas Tionghoa seperti dimsum, gyoza, dan ada juga makanan lokal yang kita kreasikan yaitu nasi goreng gonggong. 

Kemudian, ada tradisi minum teh. Tea Cina kita disediakan dalam satu teapot dan dapat dinikmati bersama. Tradisi ini cocok untuk suasana kebersamaan bersama keluarga maupun teman. 

Menu yang disajikan ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan, yang menurut saya belum ada.

Studio dan cafe anggrek buka setiap hari, mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB, berlokasi di Jalan Merdeka kota lama. Di sini, kami juga menyediakan tempat untuk rapat, podcast, dan juga green screen yang bisa digunakan untuk manuangkan ide-ide kreatif.

Kami juga ada toko belanja oleh-oleh makanan khas Tanjungpinang, yang bisa dibawa pulang wisatawan ke daerahnya.



 Perkuat Pokdarwis untuk Pengembangan Destinasi Wisata

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata, Salman mengatakan sektor pariwisata adalah salah satu andalan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah dan masyarkat. 

Hanya saja, dalam mengembangkan sektor pariwisata di kota Tanjungpinang, pemko tidak akan mampu bergerak sendiri tanpa melibatkan peran serta masyarakat, swasta, dan juga pemangku kepentingan. 

Masyarakat adalah unsur penting pemangku kepentingan untuk bersama-sama dengan pemko bersinergi melaksanakan dan mendukung pariwisata berkelanjutan di kota Tanjungpinang. 

Untuk itu, dibutuhkan masyarakat yang sadar wisata. Sebab, potensi pariwisata yang dikelola masyarakat sebagai pelaku, mereka juga selaku penerima manfaat itu sendiri. 

"Dukungan masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang pengembangan kepariwisataan di kota Tanjungpinang. Salah satunya adalah kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Ia menyebut, saat ini, disbudpar telah membina 18 kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang tersebar di setiap kelurahan. 

Keberadaan Pokdarwis ini, menurut Salman, adalah salah satu langkah efektif untuk pengembangan kepariwisataan di kota Tanjungpinang. 

Pokdarwis dapat membuat perencanaan program pengembangan destinasi wisata bersama unsur masyarakat setempat, yang diselaraskan dengan program pemko. Kemudian melaksanakan kegiatan itu, dengan melihat sisi manfaatnya, yang ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan warga setempat. 

Disbudpar terus melakukan pembinaan dan mendukung peran Pokdarwis dalam pengembangan destinasi wisata di wilayahnya. Dan tak kalah penting juga keterlibatan dari sektor lainnya seperti UMKM.Rekamwisata.com

Share:

Penyengat Sebagai Destinasi Wisata Edukasi Sejarah dan Budaya Melayu


Penyengat sebagai destinasi wisata edukasi sejarah dan budaya melayu memang seharusnya menjadi pilihan wisatawan ke Tanjungpinang.

Ketika anda mendengar Kota Tanjungpinang, anda pasti langsung berpikir di kota inilah terdapat sebuah pulau yang banyak menyimpan sejarah dan budaya kerajaan Melayu. 

Sebuah kota yang menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini, Tanjungpinang memiliki pulau Penyengat yang terkenal dengan peninggalan situs-situs sejarah pada masa Kerajaan Melayu Johor-Pahang-Lingga-Riau. 

Penyengat juga terkenal karena di pulau kecil inilah asal muasal Bahasa Indonesia. Pulau yang menjadi tempat bagi Raja Ali Haji menciptakan gubahan syair Gurindam 12. 

Kekayaan sejarah inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan, khususnya generasi zilenial (Z) untuk mempelajari perjalanan sejarah Kerajaan Melayu di kota Tanjungpinang.

Didampingi oleh pemandu wisata lokal, pada Rabu (15/2/2023) kemarin, sebanyak 170 orang guru dan pelajar SMA Yosudarso Kota Batam, diajak berkeliling ke Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dan pulau Penyengat. 

Wisata edukasi ini, para siswa tidak hanya diperkenalkan dengan koleksi benda bersejarah yang ada di Museum, tetapi juga melihat jelas dan merasakan langsung pengalaman berkunjung ke tempat-tempat sejarah di pulau Penyengat. 

Salah satu Guru SMA Yosudarso Kota Batam, Natalia Dwiki mengatakan dipilihnya pulau Penyengat sebagai tempat pembelajaran sejarah  bagi para siswa, karena banyak situs-situs cagar budaya yang memiliki sejarah, sehingga perlu dilakukan peninjauan langsung ke lokasi. 

Dengan penguatan sejarah inilah dapat menambah wawasan materi pembelajaran yang lebih baik pada siswa. 



Kegiatan ini nantinya akan dijadikan program rutin sekolah dalam pengenalan sejarah dan kearifan lokal yang ada di provinsi Kepri

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata, Salman menyebut setidaknya ada 46 situs cagar budaya yang ada di pulau Penyengat.

Diantaranya Masjid Sultan Riau, Balai Adat Indera Perkasa, komplek istana kantor, beteng bukit kursi, komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah dan Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.

Pulau Penyengat ini bisa menjadi laboratorium pusat budaya dan sejarah. Pengunjung tak hanya sekadar berwisata, melainkan dapat belajar mengenai jejak perjalanan perjuangan masa lalu dan budaya Melayu

Ketika berkunjung ke Penyengat, para siswa mengunjungi Masjid Raya Sultan Riau, komplek makam Engku Putri Raja Hamidah, Raja Ali Haji, Raja Ja'far, Balai Adat, dan beberap situs cagar budaya di pulau Penyengat. 

Rian (16), siswa SMA Yosudarso Kota Batam mengaku sangat kagum setelah melihat dan menjelajahi langsung jejak sejarah dan budaya yang ada di pulau Penyengat. 

Tentu sangat berkesan setelah melihat dan mengunjungi langsung ke lokasi bersejarah dipandu pemandu wisata lokal. Ini menjadi pengalaman dan menambah wawasan bagi kami bahwa Indonesia itu kaya akan sejarah. Rekamwisata.com

Share:

Pantai Setumu Dompak jadi Destinasi Wisata untuk Bersantai dan Melepas Lelah



Pantai setumu dompak di Tanjungpinang menjadi destinasi wisata untuk bersantai dan melepas lelah.

Pantai ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata untuk kalian liburan di akhir pekan atau sekedar bersantai melepas lelah setelah beraktivitas.

Di sana pengunjung bisa bersantai, duduk di bebatuan sembari menikmati angin pantai yang segar, suara deburan ombak, dengan panorama laut nan indah. 

Ketika senja matahari mulai terbenam, kalian juga bisa melihat langsung cahaya keemasan di atas laut yang akan membuat kalian merasakan tenang dan nyaman. 

Sebagian besar masyarakat setempat yang sudah sering ke pantai itu, namun tetap datang untuk melepas lelah setelah seharian beraktivitas atau saat akhir pekan.

Pantai setumu ini bagus. Cocok jadi destinasi wisata. Pemandanganya juga indah, namun yang menjadi catatan adalah masalah kebersihan.

Di sana memang masih banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai. Pengelola seharusnya bisa mengevaluasi kembali agar pengunjung nyaman saat datang.



Banyak masyarakat yang memilih pantai itu sebagai tempat melepas penat karena alasan dekat dari pusat kota Tanjungpinang.

Selain itu juga, fasilitas pendukungnya lumayan lengkap. Ada warung, toilet, dan gazebo untuk pengunjung bersantai sambil memandang keindahan laut.

Bahkan kegiatan mahasiswa atau komunitas juga sering di sana. Aksesnya cukup menggunakan sepeda motor anda akn tiba di tempat tersebut.

Ketika malam, di sekitaran pantai ini sudah ada lampunya. Namun, untuk akses jalan menuju ke pantai, penerangannya masih belum cukup. 

Kalau bisa, akses jalan ke sini bisa dibuat lebih baik dan ada lampu penerangannya. Karena, saat malam, banyak juga pengunjungnya.

Biasanya pansati setumu ini akan ramai di hari Sabtu atau Minggu. Tidak hanya oleh warga setempat tapi juga dari luar daerah.

Selain dekat, pantai yang ada di Tanjungpinang ini tak kalah keren dengan pantai di luar sana. Jadi, banyak warga memanfaatkan untuk tempat berwisata.

Dinas pariwiaata setempat juga mengakui bahwa pantai itu memiliki potensi wisata yang sangat bagus. Karena memiliki nilai sejarah, budaya, dan banyak kuliner.

Pemerintah setempat juga terus berupaya menggali potensi pariwisata yang ada untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata baru.

Agar lebih terkelola pemerintah sekarang menggandeng organisasi pariwisata dan masyarakat setempat untuk berkolaborasi untuk mengembangkannya.

Dengan sinergi semua pihak, potensi pariwisata di Tanjungpinang dapat berkembang secara optimal. Dengan begitu, destinasi wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Rekamwisata.com

Share: