mengabadikan dengan tulisan

22 Februari 2023

Akulturasi Kebudayaan Semarakkan Perayaan Malam Cap Go Meh di Kota Tanjungpinang



Akulturasi kebudayaan semarakkan perayaan malam cap go neh di Kota Tanjungpinang 

Pertunjukkan perpaduan dan kolaborasi antara tiga kebudayaan Tionghoa, Melayu, dan Jawa menyemarakkan perayaan malam Cap Go Meh 2023 di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Minggu (5/2/2023) malam.

Masyarakat tampak antusias menyaksikan atraksi barongsai dan reog suro menggolo yang digelar di Jalan Merdeka, Kota Lama Tanjungpinang.

Tak ketinggalan, penampilan musik Melayu dari staman akustik dan nyanyian lagu-lagu Mandarin menghibur masyarakat. Bahkan, sebagian dari mereka ikut menari di depan panggung.

Wali Kota Tanjungpinang, Rahma yang membuka acara tersebut menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dinas kebudayaan dan pariwisata serta DPRD kota Tanjungpinang, yang telah menyelenggarakan perayaan Cap Go Meh.

Menurutnya, perayaan cap go meh ini adalah suatu bentuk kolaborasi dari kebudayaan yang ada di kota Tanjungpinang, mulai dari musik Tionghoa dan barongsai, ada musik Melayu nya, ditambah lagi adanya pertunjukkan reog. Tentu ini merupakan kolaborasi yang harus dipertahankan.

"Mari sama-sama kita menjaga kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan untuk masyarakat kota Tanjungpinang," ajak Rahma.

Ia juga berharap, pertemuan pada perayaan malam cap go meh ini membawa keberkahan dan meningkatkan silaturahim kita, tanpa membeda-bedakan etnis," Karena, kita semua sama, sama-sama masyarakat Tanjungpinang," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri mengatakan kegiatan partisipasi event temporer ini merupakan bentuk pelestarian kesenian tradisional, di mana pelakunya adalah masyarakat di dalam daerah itu sendiri.

Karena itu, aktualisasi ini penting artinya untuk tetap menjaga agar keberadaan budaya dan tradisi di tengah masyarakat terus lestari.

Begitu pula, perayaan malam cap go meh tahun ini. Sebuah tradisi yang tercatat dan sudah berlangsung sejak abad 2 Masehi di era Dinasti Han, kekaisaran di Tiongkok-China, yang hingga kini tradisi itu terbawa ke seluruh daerah Indonesia, termasuk di kota Tanjungpinang.

Tentu ini menjadi sebuah kebangaan bagi kami, dinas kebudayaan dan pariwisata dapat menyelenggarakan perayaan malam cap go meh dengan konsep street art, selain budaya Tionghoa, juga seni budaya Melayu dan Jawa.

"Ke depan, kegiatan ini tidak hanya merupakan pelestarian kebudayaan saja, namun juga menjadi bagian dari ivent kepariwisataan.," pungkasnya.

Sementara, Anggota DPRD Kota Tanjungpinang, Fengky Fesinto menuturkan dirinya menginisiasi perayaan malam Cap Go Meh di Tanjungpinang tahun ini, karena melihat kota-kota besar lainnya merayakan hari ke-15 imlek ini sangat luar biasa.

Karena itu, perayaan cap go meh yang diadakan pada bulan purnama pertama ini juga dapat dirayakan di kota Tanjungpinang, tidak kalah dengan perayaan di kota lainnya seperti Singkawang atau Semarang.

"Terbukti, kegiatan ini dikemas secara apik dan menarik oleh disbudpar. Perayaan cap go meh malam ini terselenggara dengan konsep street art, dipadukan seni budaya Melayu dan Jawa yang sungguh luar biasa," ucap Fengky.



Jadi Iven Nasional dan Internasional

Perayaan cap go meh ini, menurutnya bisa dijadikan sebagai ivent nasional maupun internasinal. Tentu, tujuannya agar orang-orang dari berbagai daerah dan negara datang ke Tanjungpinang. Sehingga akan membawa dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan kota Tanjungpinang.

"Harapannya, tahun depan semua pihak ikut mendukung perayaan cap go meh semakin meriah dan ramai lagi," ucapnya.

Perayaan malam Cap Go Meh ini juga diramaikan dengan petasan, yang dipercayai dapat mengusir energi negatif. Ada pula, makan nasi kunyit bersama, salah satu tradisi di malam cap go meh, yang merupakan akulturasi budaya.

Turut hadir, para unsur Forkopimda, perwakilan dinas kebudayaan provinsi Kepri, BPK wilayah IV Kepri, kantor Bahasa Kepri, jajaran kepala OPD pemko, serta tokoh masyarakat Tionghoa. 

Share:

Siswa SD Dikenalkan Cagar Budaya Kota Tanjungpinang



Siswa sekolah dasar (SD) dari SDN 012 Tanjungpinang timur yang diikuti 54 murid mengikuti wisata sejarah ke sejumlah objek cagar budaya yang ada di Kota Tanjungpinang, Rabu (22/2/2023).

Dibimbing langsung jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, anak-anak terlihat antusias dan gembira ikuti studi tour mengenai penguatan sejarah dan budaya lokal Kota Tanjungpinang. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kabid Sejarah dan Cagar Budaya, Wimmy Dharma Hidayat mengapresiasi SDN 012 Tanjungpinang Timur, yang telah memuat pembelajaran terkait pengenalan sejarah dan budaya lokal kepada siswa-siswinya. 

Menurutnya, jelajah situs cagar budaya ini, para siswa tidak hanya mendapat pengalaman, tetapi juga memahami dengan baik sejarah daerahnya.



"Termasuk peninggalan budayanya yang kemudian penting untuk dilestarikan dalam membangun identitas dan keberagaman sejarah dan budaya yang dimiliki kota Tanjungpinang," ucapnya. 

Emawati, salah satu Guru SDN 012 Tanjungpinang Timur, menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran literasi dalam pengenalan sejarah dan budaya lokal yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Ini salah satu kegiatan sekolah kami untuk mengenalkan budaya lokal kepada siswa-siswi, terutama jejak sejarah yang masih ada di kota Tanjungpinang," ucapnya. 

Keberadaan cagar-cagar budaya ini merupakan suatu situs bersejarah yang memiliki nilai ilmu pengetahuan penting dan perlu diketahui oleh siswa-siswi. 

Dengan melihat langsung cagar budaya yang ada, anak-anak diharapkan semakin sadar dan ikut dalam usaha pelestarian cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang.

"Nantinya, anak-anak bisa menceritakan kembali kesan yang diperoleh selama tour ini, baik kepada teman-teman, melalui media sosialnya, atau juga dari foto-foto yang diunggah," ujarnya. 



Ketika studi tour, anak-anak diajak ke empat situs cagar budaya yakni Komplek Makam Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Makam Daeng Marewah, Makam Daeng Celak, dan Istana Kota Lama (Kota Rebah).

Di setiap kunjungan, pamong budaya disbudpar memberikan penjelasan tentang riwayat para tokoh terdahulu. Para siswa tampak serius mendengarkan sembari mencatat. 

Bahkan, anak-anak pun terlihat mengabadikan setiap momen seru sepanjang perjalanan studi tour dengan ponselnya. 

Zikri (11), Siswa Kelas V SDN 012 Tanjungpinang Timur, mengaku senang dapat mengikuti wisata sejarah di sekolahnya. Ia mengatakan, belum pernah mengunjungi tempat-tempat situs cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Ya, senang sekali. Karena belum pernah tau ada tempat sejarah di Tanjungpinang. Dengan wisata ini, menambah wawasan saya terkait sejarah dan budaya yang ada di kota saya," ucap Zikri, tersipu malu. 

Sementara itu, salah satu siswa SDN 012 Tanjungpinang Timur, Setiawan Adi Saputra mengajak teman-teman seusianya untuk mengunjungi situ-situs cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang. 

"Ayo, kunjungi cagar budaya yang ada di kota Tanjungpinang. Jaga dan lestarikan juga cagar budaya kita. Sambil berwisata, kita juga dapat wawasan lebih luas," ujarnya. 

Share:

Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat di Kota Lama Tanjungpinang



Destinasi wisata berbasis masyarakat di Kota Lama Tanjungpinang, Kepulauan Riau sekarang bisa menjadi pilihan bagi anda berkunjung ke negeri segantang lada

Tanjungpinang merupakan salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau yang sudah terkenal dengan wisata sejarah dan budayanya. 

Jika anda berkunjung ke Kota Tanjungpinang, anda bisa menemukan ragam destinasi yang bisa dikunjungi, salah satunya adalah Lorong Bintan, di Jalan Bintan Kota Lama.

Lorong tersebut punya sejarah masa lalu yang sudah dikenal sejak berdirinya Kerajaan Riau-Lingga. 

Lorong Bintan ini dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Tanjungpinang. Destinasi ini dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bertuah dan Cermin Indah yang tergabung dalam Studio dan Cafe Anggrek. 

Melly Hadi, salah satu pengelola mengatakan pihaknya menawarkan paket wisata edukasi, kuliner khas Cina, hingga 26 spot foto di lorong Bintan. 

Untuk wisata edukasi, kami memberikan pengetahuan bagaimana mencintai lingkungan dan cara menanam anggrek dengan menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari limbah seperti kayu, pohon, dan lainnya. 

Salah satunya juga membuat media tanaman itu, pot nya dari bahan-bahan limbah yang kita anyam dan dibentuk lebih menarik agar menjadi barang yang memiliki nilai jual cukup lumayan.

Di Lorong bintan sendiri, lanjut Melly, kami telah bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk membuat semacam relif. Ada 26 lukisan mural yang kini dapat ditemukan pengunjung di dinding-dinding rumah masyarakat di lorong Bintan. 

Ketika menyambangi lorong Bintan, pengunjung dapat melihat mural keren yang terpampang di tembok rumah warga. Mural ini menggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat Tionghoa tempo dulu sampai sekarang. 

Pengunjung bisa berpose seolah-olah berada pada masa lalu dengan memakai baju tradisional Tionghoa seperti cheongsam dan hanfu, yang kita sewakan. 

"Cukup membayar Rp25 ribu, kita bisa berfoto dan bergaya dengan nuansa kehidupan masyarakat china tempo dulu," ungkap Melly, ketika tim explorer menyambangi cafe anggrek, di Jalan Merdeka, Jumat (17/2/2023).

Cafe Studio Anggrek

Selain itu, ada cafe studio anggrek. Di cafe ini kami menawarkan berbagai kuliner khas Tionghoa seperti dimsum, gyoza, dan ada juga makanan lokal yang kita kreasikan yaitu nasi goreng gonggong. 

Kemudian, ada tradisi minum teh. Tea Cina kita disediakan dalam satu teapot dan dapat dinikmati bersama. Tradisi ini cocok untuk suasana kebersamaan bersama keluarga maupun teman. 

Menu yang disajikan ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan, yang menurut saya belum ada.

Studio dan cafe anggrek buka setiap hari, mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB, berlokasi di Jalan Merdeka kota lama. Di sini, kami juga menyediakan tempat untuk rapat, podcast, dan juga green screen yang bisa digunakan untuk manuangkan ide-ide kreatif.

Kami juga ada toko belanja oleh-oleh makanan khas Tanjungpinang, yang bisa dibawa pulang wisatawan ke daerahnya.



 Perkuat Pokdarwis untuk Pengembangan Destinasi Wisata

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata, Salman mengatakan sektor pariwisata adalah salah satu andalan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah dan masyarkat. 

Hanya saja, dalam mengembangkan sektor pariwisata di kota Tanjungpinang, pemko tidak akan mampu bergerak sendiri tanpa melibatkan peran serta masyarakat, swasta, dan juga pemangku kepentingan. 

Masyarakat adalah unsur penting pemangku kepentingan untuk bersama-sama dengan pemko bersinergi melaksanakan dan mendukung pariwisata berkelanjutan di kota Tanjungpinang. 

Untuk itu, dibutuhkan masyarakat yang sadar wisata. Sebab, potensi pariwisata yang dikelola masyarakat sebagai pelaku, mereka juga selaku penerima manfaat itu sendiri. 

"Dukungan masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang pengembangan kepariwisataan di kota Tanjungpinang. Salah satunya adalah kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Ia menyebut, saat ini, disbudpar telah membina 18 kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang tersebar di setiap kelurahan. 

Keberadaan Pokdarwis ini, menurut Salman, adalah salah satu langkah efektif untuk pengembangan kepariwisataan di kota Tanjungpinang. 

Pokdarwis dapat membuat perencanaan program pengembangan destinasi wisata bersama unsur masyarakat setempat, yang diselaraskan dengan program pemko. Kemudian melaksanakan kegiatan itu, dengan melihat sisi manfaatnya, yang ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan warga setempat. 

Disbudpar terus melakukan pembinaan dan mendukung peran Pokdarwis dalam pengembangan destinasi wisata di wilayahnya. Dan tak kalah penting juga keterlibatan dari sektor lainnya seperti UMKM.Rekamwisata.com

Share:

Penyengat Sebagai Destinasi Wisata Edukasi Sejarah dan Budaya Melayu


Penyengat sebagai destinasi wisata edukasi sejarah dan budaya melayu memang seharusnya menjadi pilihan wisatawan ke Tanjungpinang.

Ketika anda mendengar Kota Tanjungpinang, anda pasti langsung berpikir di kota inilah terdapat sebuah pulau yang banyak menyimpan sejarah dan budaya kerajaan Melayu. 

Sebuah kota yang menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini, Tanjungpinang memiliki pulau Penyengat yang terkenal dengan peninggalan situs-situs sejarah pada masa Kerajaan Melayu Johor-Pahang-Lingga-Riau. 

Penyengat juga terkenal karena di pulau kecil inilah asal muasal Bahasa Indonesia. Pulau yang menjadi tempat bagi Raja Ali Haji menciptakan gubahan syair Gurindam 12. 

Kekayaan sejarah inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan, khususnya generasi zilenial (Z) untuk mempelajari perjalanan sejarah Kerajaan Melayu di kota Tanjungpinang.

Didampingi oleh pemandu wisata lokal, pada Rabu (15/2/2023) kemarin, sebanyak 170 orang guru dan pelajar SMA Yosudarso Kota Batam, diajak berkeliling ke Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dan pulau Penyengat. 

Wisata edukasi ini, para siswa tidak hanya diperkenalkan dengan koleksi benda bersejarah yang ada di Museum, tetapi juga melihat jelas dan merasakan langsung pengalaman berkunjung ke tempat-tempat sejarah di pulau Penyengat. 

Salah satu Guru SMA Yosudarso Kota Batam, Natalia Dwiki mengatakan dipilihnya pulau Penyengat sebagai tempat pembelajaran sejarah  bagi para siswa, karena banyak situs-situs cagar budaya yang memiliki sejarah, sehingga perlu dilakukan peninjauan langsung ke lokasi. 

Dengan penguatan sejarah inilah dapat menambah wawasan materi pembelajaran yang lebih baik pada siswa. 



Kegiatan ini nantinya akan dijadikan program rutin sekolah dalam pengenalan sejarah dan kearifan lokal yang ada di provinsi Kepri

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata, Salman menyebut setidaknya ada 46 situs cagar budaya yang ada di pulau Penyengat.

Diantaranya Masjid Sultan Riau, Balai Adat Indera Perkasa, komplek istana kantor, beteng bukit kursi, komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah dan Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.

Pulau Penyengat ini bisa menjadi laboratorium pusat budaya dan sejarah. Pengunjung tak hanya sekadar berwisata, melainkan dapat belajar mengenai jejak perjalanan perjuangan masa lalu dan budaya Melayu

Ketika berkunjung ke Penyengat, para siswa mengunjungi Masjid Raya Sultan Riau, komplek makam Engku Putri Raja Hamidah, Raja Ali Haji, Raja Ja'far, Balai Adat, dan beberap situs cagar budaya di pulau Penyengat. 

Rian (16), siswa SMA Yosudarso Kota Batam mengaku sangat kagum setelah melihat dan menjelajahi langsung jejak sejarah dan budaya yang ada di pulau Penyengat. 

Tentu sangat berkesan setelah melihat dan mengunjungi langsung ke lokasi bersejarah dipandu pemandu wisata lokal. Ini menjadi pengalaman dan menambah wawasan bagi kami bahwa Indonesia itu kaya akan sejarah. Rekamwisata.com

Share:

Pantai Setumu Dompak jadi Destinasi Wisata untuk Bersantai dan Melepas Lelah



Pantai setumu dompak di Tanjungpinang menjadi destinasi wisata untuk bersantai dan melepas lelah.

Pantai ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata untuk kalian liburan di akhir pekan atau sekedar bersantai melepas lelah setelah beraktivitas.

Di sana pengunjung bisa bersantai, duduk di bebatuan sembari menikmati angin pantai yang segar, suara deburan ombak, dengan panorama laut nan indah. 

Ketika senja matahari mulai terbenam, kalian juga bisa melihat langsung cahaya keemasan di atas laut yang akan membuat kalian merasakan tenang dan nyaman. 

Sebagian besar masyarakat setempat yang sudah sering ke pantai itu, namun tetap datang untuk melepas lelah setelah seharian beraktivitas atau saat akhir pekan.

Pantai setumu ini bagus. Cocok jadi destinasi wisata. Pemandanganya juga indah, namun yang menjadi catatan adalah masalah kebersihan.

Di sana memang masih banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai. Pengelola seharusnya bisa mengevaluasi kembali agar pengunjung nyaman saat datang.



Banyak masyarakat yang memilih pantai itu sebagai tempat melepas penat karena alasan dekat dari pusat kota Tanjungpinang.

Selain itu juga, fasilitas pendukungnya lumayan lengkap. Ada warung, toilet, dan gazebo untuk pengunjung bersantai sambil memandang keindahan laut.

Bahkan kegiatan mahasiswa atau komunitas juga sering di sana. Aksesnya cukup menggunakan sepeda motor anda akn tiba di tempat tersebut.

Ketika malam, di sekitaran pantai ini sudah ada lampunya. Namun, untuk akses jalan menuju ke pantai, penerangannya masih belum cukup. 

Kalau bisa, akses jalan ke sini bisa dibuat lebih baik dan ada lampu penerangannya. Karena, saat malam, banyak juga pengunjungnya.

Biasanya pansati setumu ini akan ramai di hari Sabtu atau Minggu. Tidak hanya oleh warga setempat tapi juga dari luar daerah.

Selain dekat, pantai yang ada di Tanjungpinang ini tak kalah keren dengan pantai di luar sana. Jadi, banyak warga memanfaatkan untuk tempat berwisata.

Dinas pariwiaata setempat juga mengakui bahwa pantai itu memiliki potensi wisata yang sangat bagus. Karena memiliki nilai sejarah, budaya, dan banyak kuliner.

Pemerintah setempat juga terus berupaya menggali potensi pariwisata yang ada untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata baru.

Agar lebih terkelola pemerintah sekarang menggandeng organisasi pariwisata dan masyarakat setempat untuk berkolaborasi untuk mengembangkannya.

Dengan sinergi semua pihak, potensi pariwisata di Tanjungpinang dapat berkembang secara optimal. Dengan begitu, destinasi wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Rekamwisata.com

Share: