mengabadikan dengan tulisan

22 Februari 2023

Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat di Kota Lama Tanjungpinang



Destinasi wisata berbasis masyarakat di Kota Lama Tanjungpinang, Kepulauan Riau sekarang bisa menjadi pilihan bagi anda berkunjung ke negeri segantang lada

Tanjungpinang merupakan salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau yang sudah terkenal dengan wisata sejarah dan budayanya. 

Jika anda berkunjung ke Kota Tanjungpinang, anda bisa menemukan ragam destinasi yang bisa dikunjungi, salah satunya adalah Lorong Bintan, di Jalan Bintan Kota Lama.

Lorong tersebut punya sejarah masa lalu yang sudah dikenal sejak berdirinya Kerajaan Riau-Lingga. 

Lorong Bintan ini dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Tanjungpinang. Destinasi ini dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bertuah dan Cermin Indah yang tergabung dalam Studio dan Cafe Anggrek. 

Melly Hadi, salah satu pengelola mengatakan pihaknya menawarkan paket wisata edukasi, kuliner khas Cina, hingga 26 spot foto di lorong Bintan. 

Untuk wisata edukasi, kami memberikan pengetahuan bagaimana mencintai lingkungan dan cara menanam anggrek dengan menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari limbah seperti kayu, pohon, dan lainnya. 

Salah satunya juga membuat media tanaman itu, pot nya dari bahan-bahan limbah yang kita anyam dan dibentuk lebih menarik agar menjadi barang yang memiliki nilai jual cukup lumayan.

Di Lorong bintan sendiri, lanjut Melly, kami telah bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk membuat semacam relif. Ada 26 lukisan mural yang kini dapat ditemukan pengunjung di dinding-dinding rumah masyarakat di lorong Bintan. 

Ketika menyambangi lorong Bintan, pengunjung dapat melihat mural keren yang terpampang di tembok rumah warga. Mural ini menggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat Tionghoa tempo dulu sampai sekarang. 

Pengunjung bisa berpose seolah-olah berada pada masa lalu dengan memakai baju tradisional Tionghoa seperti cheongsam dan hanfu, yang kita sewakan. 

"Cukup membayar Rp25 ribu, kita bisa berfoto dan bergaya dengan nuansa kehidupan masyarakat china tempo dulu," ungkap Melly, ketika tim explorer menyambangi cafe anggrek, di Jalan Merdeka, Jumat (17/2/2023).

Cafe Studio Anggrek

Selain itu, ada cafe studio anggrek. Di cafe ini kami menawarkan berbagai kuliner khas Tionghoa seperti dimsum, gyoza, dan ada juga makanan lokal yang kita kreasikan yaitu nasi goreng gonggong. 

Kemudian, ada tradisi minum teh. Tea Cina kita disediakan dalam satu teapot dan dapat dinikmati bersama. Tradisi ini cocok untuk suasana kebersamaan bersama keluarga maupun teman. 

Menu yang disajikan ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan, yang menurut saya belum ada.

Studio dan cafe anggrek buka setiap hari, mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB, berlokasi di Jalan Merdeka kota lama. Di sini, kami juga menyediakan tempat untuk rapat, podcast, dan juga green screen yang bisa digunakan untuk manuangkan ide-ide kreatif.

Kami juga ada toko belanja oleh-oleh makanan khas Tanjungpinang, yang bisa dibawa pulang wisatawan ke daerahnya.



 Perkuat Pokdarwis untuk Pengembangan Destinasi Wisata

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri melalui Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata, Salman mengatakan sektor pariwisata adalah salah satu andalan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah dan masyarkat. 

Hanya saja, dalam mengembangkan sektor pariwisata di kota Tanjungpinang, pemko tidak akan mampu bergerak sendiri tanpa melibatkan peran serta masyarakat, swasta, dan juga pemangku kepentingan. 

Masyarakat adalah unsur penting pemangku kepentingan untuk bersama-sama dengan pemko bersinergi melaksanakan dan mendukung pariwisata berkelanjutan di kota Tanjungpinang. 

Untuk itu, dibutuhkan masyarakat yang sadar wisata. Sebab, potensi pariwisata yang dikelola masyarakat sebagai pelaku, mereka juga selaku penerima manfaat itu sendiri. 

"Dukungan masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang pengembangan kepariwisataan di kota Tanjungpinang. Salah satunya adalah kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Ia menyebut, saat ini, disbudpar telah membina 18 kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang tersebar di setiap kelurahan. 

Keberadaan Pokdarwis ini, menurut Salman, adalah salah satu langkah efektif untuk pengembangan kepariwisataan di kota Tanjungpinang. 

Pokdarwis dapat membuat perencanaan program pengembangan destinasi wisata bersama unsur masyarakat setempat, yang diselaraskan dengan program pemko. Kemudian melaksanakan kegiatan itu, dengan melihat sisi manfaatnya, yang ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan warga setempat. 

Disbudpar terus melakukan pembinaan dan mendukung peran Pokdarwis dalam pengembangan destinasi wisata di wilayahnya. Dan tak kalah penting juga keterlibatan dari sektor lainnya seperti UMKM.Rekamwisata.com

Share:

Pantai Setumu Dompak jadi Destinasi Wisata untuk Bersantai dan Melepas Lelah



Pantai setumu dompak di Tanjungpinang menjadi destinasi wisata untuk bersantai dan melepas lelah.

Pantai ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata untuk kalian liburan di akhir pekan atau sekedar bersantai melepas lelah setelah beraktivitas.

Di sana pengunjung bisa bersantai, duduk di bebatuan sembari menikmati angin pantai yang segar, suara deburan ombak, dengan panorama laut nan indah. 

Ketika senja matahari mulai terbenam, kalian juga bisa melihat langsung cahaya keemasan di atas laut yang akan membuat kalian merasakan tenang dan nyaman. 

Sebagian besar masyarakat setempat yang sudah sering ke pantai itu, namun tetap datang untuk melepas lelah setelah seharian beraktivitas atau saat akhir pekan.

Pantai setumu ini bagus. Cocok jadi destinasi wisata. Pemandanganya juga indah, namun yang menjadi catatan adalah masalah kebersihan.

Di sana memang masih banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai. Pengelola seharusnya bisa mengevaluasi kembali agar pengunjung nyaman saat datang.



Banyak masyarakat yang memilih pantai itu sebagai tempat melepas penat karena alasan dekat dari pusat kota Tanjungpinang.

Selain itu juga, fasilitas pendukungnya lumayan lengkap. Ada warung, toilet, dan gazebo untuk pengunjung bersantai sambil memandang keindahan laut.

Bahkan kegiatan mahasiswa atau komunitas juga sering di sana. Aksesnya cukup menggunakan sepeda motor anda akn tiba di tempat tersebut.

Ketika malam, di sekitaran pantai ini sudah ada lampunya. Namun, untuk akses jalan menuju ke pantai, penerangannya masih belum cukup. 

Kalau bisa, akses jalan ke sini bisa dibuat lebih baik dan ada lampu penerangannya. Karena, saat malam, banyak juga pengunjungnya.

Biasanya pansati setumu ini akan ramai di hari Sabtu atau Minggu. Tidak hanya oleh warga setempat tapi juga dari luar daerah.

Selain dekat, pantai yang ada di Tanjungpinang ini tak kalah keren dengan pantai di luar sana. Jadi, banyak warga memanfaatkan untuk tempat berwisata.

Dinas pariwiaata setempat juga mengakui bahwa pantai itu memiliki potensi wisata yang sangat bagus. Karena memiliki nilai sejarah, budaya, dan banyak kuliner.

Pemerintah setempat juga terus berupaya menggali potensi pariwisata yang ada untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata baru.

Agar lebih terkelola pemerintah sekarang menggandeng organisasi pariwisata dan masyarakat setempat untuk berkolaborasi untuk mengembangkannya.

Dengan sinergi semua pihak, potensi pariwisata di Tanjungpinang dapat berkembang secara optimal. Dengan begitu, destinasi wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Rekamwisata.com

Share:

13 Desember 2022

Nikmati Wisata Kuliner di Bawah Jembatan Sungai Carang

Pengunjung menikmati suasan tempat kuliner dengan latar belakang jembatan sungai carang

Nikmati wisata kuliner di bawah jembatan sungai carang bagi anda pecinta makanan sekaligus mencari pemandangan yang menarik lokasi ini bisa jadi pilihan saat berada di Tanjungpinang.

Berkunjung ke kafe yang berada di bawah jembatan sungai carang bisa menjadi salah satu pilihan.

Kafe itu bernama D’FAMZ, di sana terdapat tempat makan dan minum dengan pemandangan jembatan sungai carang.

Bagi anda yang belum tahu, kawasan sungai carang ini adalah salah satu bukti sejarah, pernah menjadi kawasan pemerintah pada masa Kesultanan Riau-Lingga-Johor- Pahang.

Konsepnya seperti warung yang terapung, sehingga saat meninjakkan kaki di sana, pengunjung seketika akan kaget karena terasa seperti menaiki sebuah kapal kayu.

Ketika sore menjelang matahari terbenam, pemandangan ini selalu ditunggu para pengunjung mengabadikan momen untuk berswafoto, ada juga yang foto bersama rekannya.

Tidak hanya pemandangan jembatan di sana pengujung juga bisa merasakan suasana hutan mangrove yang tumbuh dipinggir sungai dan jembatan itu.

Makan di Atas Sampan Kayu

Selain menyediakan beberapa tempat makan, di sana juga ada tempat makan langsung di atas sampan kayu dengan kapasitas empat orang.

Bagi pengunjung yang berminat harus mengeluarkan biaya khusus untun sewanya.

Di tempat itu, menyediakan berbagai makanan ringan dan minuman dengan harga yang terjangkau, bagi pencinta sea food jangan khawatir pengelola kafe juga menyediakan makanan olahan sea food segar.

Saat ini kafe tersebut sudah menjadi salah satu pilihan tempat tongkrongan, sangat cocok untuk pengunjung yang datang bersama pasangan, teman ataupun keluarga. 

Pemilik Kafe D’FAMZ, Ari Abdilah mengatakan tempat bersantai itu baru dibangun sejak Maret 2022 yang berbentuk seperti kelong, memanfaatkan pemandangan mangrove dan jembatan sungai carang.

Agar masyarakat Tanjungpinang bisa bersantai, nongkrong saat sore menikmati pemadangan mangrove juga. 

Kafe itu juga buka hingga malam sekitar pukul 10.00 WIB dan menyesuaikan dengan pengunjung yang datang.

Biasanya pengunjung yang datang akan ramai saat sore menjelang malam, seperti Anisa salah satu pengunjung yang datang bersama rombongannya mengatakan, kafe D’FAMZ paling cocok disambangi saat sore hari. 

Di sini kalian bisa melihat pemandangan matahari terbenam. 


Share:

24 Oktober 2022

Lembah Pelangi Wisata Alam Ramah Kantong di Batam

Gerbang lembah pelangi di Batam

Lembah pelangi sekarang menjadi salah satu destinasi wisata bekonsep alam yang baru hadir di Batam, Kepulauan Riau.

Menyatu dengan alam adalah tema objek wisata ini. Lembah pelangi sekaligus menjadi objek edukasi mengenai alam seperti flora dan fauna.

Destinasi ini berada di kawasan hutan, yang terletak di Kelurahan Patam Lestari, Kecamatan Sekupang, Kota Batam

Akses menuju tempat ini tidak membuat anda kelelahan, karena letaknya yang strategis dan tidak jauh dari jalan utama.

Suasana masuk arena wahana di lembah pelangi 

Menuju lokasi ini sangat mudah, apalagi anda yang tinggal di Sekupang, Tiban, Batu Aji, dan Tanjung Riau, tidak akan merasakan macet.

Berkunjung ke sini anda akan melewati jalan yang tidak terlalu padat, bisa melwati Jalam Temiang.

Bisa terbilang luas, kawasan ini memiliki luas sekitar 1,5 hektare yang merupakan lahan perbukitan kemudian dirombak menjadi destinasi wisata.

Tempat wisata denga nuansa alam nan asri ini biasanya ramai saat akhir pekan, kunjungan wisatawan bisa mencapai 300 orang.


Salah satu wahana di lembah pelangi

Bagi anda yang datang bersama keluarga, tempat ini tentu sangat cocok mengenalkan anak dengan alam.

Tidak hanya sampai di situ, setiba di lembah pelangi ini anda akan merasakan suasana alam yang sejuk, sehingga sangat cocok untuk menyegarkan pikiran.

Tike Masuk Rp 10.000

Jangan khawatir, lokasi wisata ini tidak akan membuat kantong anda tipis, pasalnya tiket masuk hanya Rp 10.000 per orang.

Ragam wahana di lembah pelangi

Namun untuk mencoba wahana lain pengunjung harus membayar biaya tambahan, tapi tetap dengan harga terjangkau.

Di sana ada wahana flying fox, kolam renang dengan sumber mata air yang berasal dari bukit tersebut.

Selain itu, juga ada tempat kemping dan pendopo seperti rumah panggung yang bisa disewa oleh pengunjung.

Rute Menuju Lokasi Dekat 

Lembah Pelangi yang terletak di Kecamatan Sekupang itu, berjarak sekitar 45 menit dari Bandara Hang Nadim Batam,.

Jika anda bertolak dari Pelabuhan Ferry Internasional Batam Center hanya 30 menit dan Pelabuhan Sekupang hanya 15 menit.

Wahana di lembah pelangi

Jam operasionalnya cukup lama lembah pelangi ini sudah buka untuk umum sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Bagi anda yang sedang berhemat namun ingin tetap liburan, jangan khawatir tempat wisata tersebut membolehkan pengunjungnya untuk membawa makanan dari rumah.

Namun bagi pengunjung yang lupa mebawa makanan juga bisa berbelanja makanan di tempat wisata ini.rekamwisata.com















Share:

21 Oktober 2022

Cara Hidup Unik dan Sejarah Orang Suku Laut

Potret orang suku laut di Kepri

Cara hidup masyarakat di negara kepulauan pasti beragam, tidak hanya di darat. Ada juga yang tinggal di permukaan laut.

Seperti orang suku laut yang ada di Kepulauan Riau (Kepri), mereka dalam keseharianya beraktivitas di atas perahu kayu.

Nama orang suku laut ini berbeda tergantung daerah tempat tinggalnya, di Lingga namanya orang pesukuan, di Pulau Mantang namanya orang mantang.

kemudian di Pulau Galang mereka bernama orang tambus karena mendiami kampung tambus. Di Pulau Mapor namanya orang mapor.

Terakhir namanya Bajau yaitu mereka yang tinggal di perairan Lingga.

Perahunya yang beratap kajang ini menjadi sebuah rumah, di sana mereka memasak dan tidur bersama keluarganya.

Orang suku laut ini biasanya hidup berpindah antar pulau hingga muara sungai atau nomaden.


Perahu orang suku laut memiliki atap terbuat dari daun rumbia

Penjaga Wilayah Perairan Kesultanan

Konon orang ini sudah menghuni wilayah Melayu-Lingga sejak 2.500-1.500 sebelum masehi sebagai bangsa melayu tua atau proto melayu.

Orang suku ini kemudian menyebar melalui Semenanjung Malaka ke wilayah Sumatera.

Berdasarkan sejarah, orang suku laut itu dulunya adalah perompak dalam Kerajaan Sriwijaya, kesultanan malaka dan Kesultanan Johor.

Dulu mereka menjaga selat, mengusir bajak laut dan memandu pedagang sampai ke pelabuhan kerajaan zaman itu.

Tidak hanya itu, dalam sejarah mereka juga bertugas sebagai penjaga wilayah perairan kesultanan, sebagai pasukan serang dan menyediakan kebutuhan laut.

Dari kisah itu tentunya peranan suku laut sangat penting dalam kerajaan yang berkuasa ketika itu.

Punya Rumah Adat Suku Laut

Ada hal menarik dari suku ini, ternyata mereka juga memiliki rumah adat suku laut, mereka menyebutnya sampan sebagai simbol kesatuan 

Sampan itu sebuah perahu yang beratapkan kajang lipat. Atapnya terbuat dari daun rumbia dan pada satu sampan biasanya hanya satu keluarga.

Orang ini hidup berpindah-pindah menggunakan sampan yang sekaligus menjadi rumahnya saat di laut

Pada zaman orde baru, orang laut yang ada di Lingga dikategorikan sebagai masyarakat terasing dan tertinggal dari segi pendidikan.

Tidak hanya itu, dari segi kondisi kesehatan dan lokasi tempat tinggal serta pekerjaanya juga membuatnya berbeda dengan masyarakat lain. rekamwisata.com















Share: